Aktivitas Merapi Naik, Warga Klaten Kembali Mengungsi
Meskipun Merapi masih berstatus 'awas', namun sebagian warga lereng Merapi di daerah Klaten telah meninggalkan pos pengungsian. Mereka telah kembali ke rumah masing-masing. Namun seiring luncuran awan panas yang kembali meningkat dari kawah Merapi, warga kembali ke pengungsian.
Luncuran awan panas yang turun bertubi-tubi sejak pagi hingga siang, membuat warga empat desa lereng Merapi di Kecamatan Kemalang, Klaten, memutuskan kembali ke barak pengungsian. Mereka kembali turun dengan angkutan yang disediakan tim satlak penanggulangan bencana Kabupaten Klaten, Jumat (29/10/2010).
Sebelumnya, sebagian besar warga memang telah meninggalkan barak pengungsian karena melihat aktivitas Merapi yang sudah dianggap reda. Mereka merasa perlu segera pulang ke rumah masing-masing untuk mengurus hewan ternak dan ladang pertanian. Bahkan saat Wapres Boediono mengunjungi pos pengungsian mereka pada Kamis kemarin, sebagian besar dari pengungsi telah tidak berada di tempat pengungsian.
Namun aktivitas Merapi hari ini memaksa mereka kembali ke barak pengungsian. Suara gelegar dari arah puncak serta luncuran awan panas membuat mereka khawatir dengan keselamatannya. Selain itu hujan abu juga mengguyur pemukiman yang memang berada di area bahaya yang harus dikosongkan selama Merapi masih dalam kondisi 'awas'.
Warga Kampung Deles misalnya, dapat melihat dengan jelas luncuran awan panas dari kawah Merapi tersebut. Apalagi jarak antara kampung mereka dengan puncak tak lebih dari 5 km. Karena itu mereka khawatir jika luncuran awan panas mengarah ke pemukimannya yang berada tak jauh dari wana wisata di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) tersebut.
Pantau Kesehatan Hewan
Sementara itu Dinas Pertanian Kabupaten Klaten menerjunkan 11 dokter hewan untuk memantau kesehatan ternak milik pengungsi Merapi yang merupakan harta kekayaan berharga bagi sebagian besar warga pengungsi. Tak kurang dari 9.000 ternak milik saat ini berada di kawasan rawan bencana.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Sri Mulyaningsih, memaparkan jumlah hewan ternak milik warga di empat desa yang warganya terpaksa mengungsi sekitar 3.000 ekor sapi dan 6.000 ekor kambing. Hewan-hewan tersebut tetap berada di rumah pemilik masing-masing karena pemiliknya menolak jika hewan ternak dievakuasi. Alasannya untuk menghindari stres pada ternak.
"Ternak-ternak tersebut rawan terkena penyakit akibat debu vulkanik. Debu vulkanik dari letusan gunung bisa menyebabkan iritasi pada mata, pernafasan, kulit dan lambung ternak. Apalagi, pemiliknya tetap memberikan rumput yang terkena abu vulkanik untuk dikonsumsi ternak-ternak tersebut," ujar Mulyaningsih.
Namun warga punya alasan lain. Meskipun tim Satlak meyediakan jerami dan bekatul untuk ternak, warga tetap memberikan rumput hijau untuk ternak-ternak mereka. Alasannya, ternak tidak akan gemuk jika hanya diberi jerami dan bekatul.
Luncuran awan panas yang turun bertubi-tubi sejak pagi hingga siang, membuat warga empat desa lereng Merapi di Kecamatan Kemalang, Klaten, memutuskan kembali ke barak pengungsian. Mereka kembali turun dengan angkutan yang disediakan tim satlak penanggulangan bencana Kabupaten Klaten, Jumat (29/10/2010).
Sebelumnya, sebagian besar warga memang telah meninggalkan barak pengungsian karena melihat aktivitas Merapi yang sudah dianggap reda. Mereka merasa perlu segera pulang ke rumah masing-masing untuk mengurus hewan ternak dan ladang pertanian. Bahkan saat Wapres Boediono mengunjungi pos pengungsian mereka pada Kamis kemarin, sebagian besar dari pengungsi telah tidak berada di tempat pengungsian.
Namun aktivitas Merapi hari ini memaksa mereka kembali ke barak pengungsian. Suara gelegar dari arah puncak serta luncuran awan panas membuat mereka khawatir dengan keselamatannya. Selain itu hujan abu juga mengguyur pemukiman yang memang berada di area bahaya yang harus dikosongkan selama Merapi masih dalam kondisi 'awas'.
Warga Kampung Deles misalnya, dapat melihat dengan jelas luncuran awan panas dari kawah Merapi tersebut. Apalagi jarak antara kampung mereka dengan puncak tak lebih dari 5 km. Karena itu mereka khawatir jika luncuran awan panas mengarah ke pemukimannya yang berada tak jauh dari wana wisata di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) tersebut.
Pantau Kesehatan Hewan
Sementara itu Dinas Pertanian Kabupaten Klaten menerjunkan 11 dokter hewan untuk memantau kesehatan ternak milik pengungsi Merapi yang merupakan harta kekayaan berharga bagi sebagian besar warga pengungsi. Tak kurang dari 9.000 ternak milik saat ini berada di kawasan rawan bencana.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Sri Mulyaningsih, memaparkan jumlah hewan ternak milik warga di empat desa yang warganya terpaksa mengungsi sekitar 3.000 ekor sapi dan 6.000 ekor kambing. Hewan-hewan tersebut tetap berada di rumah pemilik masing-masing karena pemiliknya menolak jika hewan ternak dievakuasi. Alasannya untuk menghindari stres pada ternak.
"Ternak-ternak tersebut rawan terkena penyakit akibat debu vulkanik. Debu vulkanik dari letusan gunung bisa menyebabkan iritasi pada mata, pernafasan, kulit dan lambung ternak. Apalagi, pemiliknya tetap memberikan rumput yang terkena abu vulkanik untuk dikonsumsi ternak-ternak tersebut," ujar Mulyaningsih.
Namun warga punya alasan lain. Meskipun tim Satlak meyediakan jerami dan bekatul untuk ternak, warga tetap memberikan rumput hijau untuk ternak-ternak mereka. Alasannya, ternak tidak akan gemuk jika hanya diberi jerami dan bekatul.
Sumber: detiknews.com
No comments:
Post a Comment