Calon Kapolri
Timur Pradopo, Titik Temu SBY-Kapolri
Tarik-menarik mengenai calon kapolri berakhir sudah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan Komjen Timur Pradopo sebagai calon tunggal. Sosok Timur dimunculkan karena ketegangan antara Kapolri, Presiden, dan elite politik lainnya sudah sedemikian keras sehingga mengakibatkan jalan buntu untuk memilih dua calon kapolri, yakni Komjen Nanan Soekarna dan Komjen Imam Sudjarwo. Sebagai solusi jalan tengah atau kompromi, dipilihlah calon lain.
"Pengajuan nama Pak Timur Pradopo memang suatu jalan keluar dari deadlock bursa calon kapolri yang bergulir hampir satu bulan ini. Menjadi jalan keluar, saya katakan, karena kalau dikaitkan dengan berbagai perkembangan aktual di negara ini, terjadi tarik-menarik, tarik-ulur, dan sepekulasi kekuatan politik maupun dari penilain publik," ujar Penasihat Ahli Kapolri, Prof Kastorius Sinaga, kepada Tribunnews.com, Selasa (5/10/2010).
Dosen Universitas Indonesia ini mengungkapkan, banyak kalangan menganggap figur Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Kabadiklat) Polri Komjen Imam Sudjarwo sangat cocok menjadi kapolri. Di saat yang sama, banyak juga yang menjagokan Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri Komjen Nanan Soekarna untuk posisi yang sama. "Lalu masuk pada kristalisasi politik hingga terbawa pada Setgab dan figur-figur sentral di republik ini," kata Kastorius.
"Situasinya menjadi berspekulasi atau silang pendapat. Hal-hal seperti ini secara empiris kurang menguntungkan Polri. Selain mendengar instruksi Presiden, juga harus mendengar aspirasi yang ada. Jadi, saya kira Timur merupakan titik kulminasi rekonsiliasi semua pihak. Ini sudah merupakan titik temu Kapolri dan Presiden, tokoh-tokoh politik, dan dari permintaan situasi dari sekarang," ujarnya.
Kastorius mengakui, sebelumnya Kapolri hanya mengajukan dua nama, Nanan dan Imam. Namun, Kapolri sendiri sadar, untuk keperluan regenerasi Polri, calon kapolri yang diajukan haruslah dari angkatan kelulusan Akpol yang lebih muda, antara 1978 dan 1980. "Mengapa saya katakan demikian? sebab regenerasi kepolisian juga dalam rangka reformasi Polri. Memang, Pak BHD berketetapan bahwa yang maju harusnya (angkatan) 78-80, dan pilihan kepada angkatan 78," katanya.
Kastorius tidak sependapat terhadap kesan umum yang mengatakan, penunjukan Timur muncul tiba-tiba. Alasan dia, Dewan Kepangkatan dan Jabatan Perwira Tinggi (Wanjakti) juga telah mempersiapkan calon-calon kapolri, termasuk Timur. Namanya juga masuk dalam 8 nama calon kapolri yang direkomendasikan oleh Kompolnas. Jadi, Timur bukanlah orang baru di dalam proses ini. Namun, dia memang dimunculkan pada saat-saat terakhir sehingga seolah tokoh baru.
Jadi, lanjut Kastorius, figur Timur sudah tepat dan ia sangat kuat dalam hal kompetensi untuk menegakkan keamanan dan ketertiban umum. Dia juga andal dalam analisis sospol, punya jaringan, dan punya hubungan cukup baik di elemen-elemen masyarakat. Dia juga cukup mengakomodasi berbagai kepentingan dalam menyelesaikan masalah dan juga seorang polisi demokratik.
"Di antara angkatan 1978, dia figur yang big boy. Dia dekat angkatan-angkatannya, lalu Timur low profile, dan lebih banyak mendengar daripada mengatakan sesuatu. Dia lebih banyak mengumpulkan informasi sebelum mengambil keputusan. Dari segi figur, dia tidak perlu dikhawatirkan," ujarnya.
Sumber: nasional.kompas.com
"Situasinya menjadi berspekulasi atau silang pendapat. Hal-hal seperti ini secara empiris kurang menguntungkan Polri. Selain mendengar instruksi Presiden, juga harus mendengar aspirasi yang ada. Jadi, saya kira Timur merupakan titik kulminasi rekonsiliasi semua pihak. Ini sudah merupakan titik temu Kapolri dan Presiden, tokoh-tokoh politik, dan dari permintaan situasi dari sekarang," ujarnya.
Kastorius mengakui, sebelumnya Kapolri hanya mengajukan dua nama, Nanan dan Imam. Namun, Kapolri sendiri sadar, untuk keperluan regenerasi Polri, calon kapolri yang diajukan haruslah dari angkatan kelulusan Akpol yang lebih muda, antara 1978 dan 1980. "Mengapa saya katakan demikian? sebab regenerasi kepolisian juga dalam rangka reformasi Polri. Memang, Pak BHD berketetapan bahwa yang maju harusnya (angkatan) 78-80, dan pilihan kepada angkatan 78," katanya.
Kastorius tidak sependapat terhadap kesan umum yang mengatakan, penunjukan Timur muncul tiba-tiba. Alasan dia, Dewan Kepangkatan dan Jabatan Perwira Tinggi (Wanjakti) juga telah mempersiapkan calon-calon kapolri, termasuk Timur. Namanya juga masuk dalam 8 nama calon kapolri yang direkomendasikan oleh Kompolnas. Jadi, Timur bukanlah orang baru di dalam proses ini. Namun, dia memang dimunculkan pada saat-saat terakhir sehingga seolah tokoh baru.
Jadi, lanjut Kastorius, figur Timur sudah tepat dan ia sangat kuat dalam hal kompetensi untuk menegakkan keamanan dan ketertiban umum. Dia juga andal dalam analisis sospol, punya jaringan, dan punya hubungan cukup baik di elemen-elemen masyarakat. Dia juga cukup mengakomodasi berbagai kepentingan dalam menyelesaikan masalah dan juga seorang polisi demokratik.
"Di antara angkatan 1978, dia figur yang big boy. Dia dekat angkatan-angkatannya, lalu Timur low profile, dan lebih banyak mendengar daripada mengatakan sesuatu. Dia lebih banyak mengumpulkan informasi sebelum mengambil keputusan. Dari segi figur, dia tidak perlu dikhawatirkan," ujarnya.
Sumber: nasional.kompas.com
No comments:
Post a Comment